Senin, 05 Desember 2011

My Birthday 20 years old now

Makasihh buat my brodher's, yang dah ngasih kado coklat jam tangan dan buku diarynya berharga bgt kalian memang the best for me.. makasih dah nemenin aku di ultah ku yg ke 20 insya allah adik kalian ini akan mencoba menjadi yg terbaikk dan bisa menjadi kebanggaan dan gak malu-maluin I Promise, aku akan bertambah sukses di tiap hari, bulan dan tahun2 depan mulai hari ini dunia akan berputar berbeda di duniaku,, aku harap kalian bisa melihat perkembanganku nanti I hope So, :)

Kamis, 01 Desember 2011

kenalan yokk :)

Blog ini blog ke dua yang aku buat insya allah akan menjadi rujukan ke masa depanku untuk berkembang menjadi insan yang berguna bagi agama, negara serta diriku sendiri. Moga bisa menenangkan hati kawan-kawanku yang lagi gundah gulana ataupun galau,, di blog ini terima saran, kritikan ataupun curhatan please join with me, n be my friend ....  :)

Rabu, 30 November 2011

PUTRI MALU & PANGERAN AGRESIF JATUH CINTA....


“Putri Malu” begitulah orang-orang selalu memangilku karena aku seorang gadis pemalu yang bernama lengkap Putri.M alias Putri Maharani.
“ Put, ikut ke kantin yok” Kata sahabatku Rini ketika bel tanda istirahat berbunyi.
“ Iya,,,, bentar Rin, lagi nyari duit nie di tas dari tadi gak nemu-nemu.” Jawabku dan tetap mencari uang jajan yang di berikan Mama tadi pagi.
“ Yah udah aku duluan yah udah laper banget nie.” Kata Rini lagi dan kali ini sambil memegang perutnya, menandakan bahwa ia sedang lapar.
“ Oke ntar aku nyusul.” Jawabku singkat.
Setelah beberapa saat, akhirnya yang aku cari kutemukan dan dengan sigap aku berlari menuju ke kantin tanpa sengaja aku menabrak seseorang.
“ Ma,,, Maamaaff.” Kataku dan segera melihat siapa yang ku tabrak.
“ Gak Papa, makanya jalannya pelan-pelan untung tadi aku nangkap kamu, coba kalau gak?, pasti sekarang kamu sudah nyium semen.” Kata orang itu dan ia pun tersenyum kecil dan kemudian berlalu pergi.
“ Ya ampuunn cakep banget siapa yah namanya?.” Kataku penasaran.
Setelah kejadian itu aku pun berjalan santai menuju kantin, dan rasanya sudah tidak sabar untuk menceritakan kejadian barusan kapada sahabatku Rini.
“ Rin, tadi tau gak aku nabrak cowok cakeeppp bangett, kira-kira siapa yah namanya?.” Kataku sesampainya di kantin sekolah dan menceritakan kejadian yang baru saja ku alami.
“ Tunggu dulu aku juga mau cerita, sekarang di sekolah kita lagi ada murid baru, denger-denger sih katanya cakep, tinggi, putih dan pastinya tajir katanya sih namanya Denis.” Ujar Rina menjelaskan.
“ Iya kah, gak tertarik tuh.” Jawabku singkat.
“ Bentar dulu, kamu kan belom liat, entar sekali liat pasti kamu jatuh cinta.” Kata Rini lagi, dan membuatku sedikit merasa penasaran seganteng apa yang namanya Denis itu.
“ Emang kamu sudah liat.” Tanyaku penasaran.
“ Belom sih, tapi denger-denger sih dia bakalan ke Kantin ini, entar kita liat sama-sama.” Jawab Rini menegaskan bahwa ia juga belum melihat sosok Denis yang katanya gantengnya selangit.
“ Emm dasar Ratu Gosipp, kirain kamu muji-muji dia, karna kamu dah tau orangnya yang mana tapi ternyata sama aja kayak aku.” Ujarku kesal.

Setelah beberapa saat yang di tunggu akhirnya datang juga, tidak menunggu waktu lama untuk mengetahui yang mana yang namanya Denis, karena hanya dalam hitungan detik para wanita yang berada di kantin sudah ricuh meneriakan nama Denis, seakan-akan yang datang adalah artis selevel Kim Hyun Jong, Lee Min Ho, Taecheyon, dan beberapa artis terkenal lainnya. Dari kejauhan aku melihat sosok Denis yang di kerumunin wanita-wanita cantik selevel Luna Maya, tapi karena mataku minus jadi tidak begitu jelas melihat dari kejauhan.

“ Put, ituloh yang namanya Denis cakep kan?.” Tanya Rini dan menunjuk kearah Denis tetapi sayang aku tidak bisa melihat begitu jelas.
“ Yang mana?, rin kamu kan tau mataku nie minus jadi gak jelas ngeliatnya.” Kataku mengingatkan Rini.
“ Oh iya lupa, oke kamu tunggu di sini yah nanti Denisnya aku foto biar kamu bisa liat dengan jelas.” Ujar Rini ketika mendapat ide dan langsung berlalu pergi menghampiri Denis.
 Selang beberapa waktu akhirnya Rini muncul dan membawa serta handphonenya yang berisi foto Denis, dan segera menunjukannya kepadaku.
“ Ini kan?.” Kataku dan terhenti seketika mengamati lagi foto yang berada di handphonenya Rini, dan mulai menyadari bahwa dialah seseorang yang tadi pagi menolongnya.
“ Iya ini yang namanya Denis, cakep kan.” Kata Rini memutus perkataanku.
“ Denis, jadi namanya Denis.” Kataku tak percaya.
“ Kenapa kamu sudah kenal?” Tanya Rini lagi.
“ Nggg,,, Nggakk lah, masa iya aku si putri malu berani kenalan sama cowok secakep ini?.” Kataku berbohong agar Rini tidak curiga.
“ Iya sih kamu kan kalau ketemu cowok suka phobia tiba-tiba langsung kabur aja.” Ujar Rini mengingat masa laluku, ketika duduk di kelas satu SMA, waktu itu ada Kakak kelas yang mau kenalan tapi aku malah kabur.
“ Hehehe kamu tuh masih aja inget masa laluku, itu mah udah jadi tradisi gak tau kapan penyakit itu bisa hilang.” Kataku mengingat kembali masa-masa menyakitkan hingga sekarang.
“ Ya udah itu lupain aja, sekarang kan kamu gak sendiri ada aku di sini.” Ujar Rini dan menenangkanku.
“ Makasih yah Rin, kalau gak ada kamu, gak tau dah aku bakalan jadi apa sendirian di sekolah dan tetap menjadi makhluk alien yang gak punya teman.” Kataku menegaskan.
Setelah tanda bel masuk berbunyi, aku dan Rini bergegas pergi menuju kelas dan Bu Ani, guru bahasa jermanku sudah berdiri di depan kelas.
“ Anak-anak hari ini kita kedatangan murid baru, mungkin sebagian dari kalian sudah kenal, Nak Denis silahkan masuk.” Kata Bu Ani dan mempersilahkan Denis sang pangeran tampan masuk ke kelasku.
“ Perkenalkan nama saya Denias Alvaro, kalian bisa manggil saya Denis.” Kata Denis, dan seketika itu pula ruangan menjadi heboh semua murid perempuan bersilih berganti menanyakan pertanyaan-pertanyaan konyol seperti, Denis tinggal di mana, Denis minta nomor telpon dong, emm udah punya pacar belom dan masih banyak lagi yang membuatku tercengang dengan banyaknya fans Denis, dan satu-satunya orang yang tidak bertanya di kelas itu hanya aku “ si Putri Malu”.
“ Denis silahkan duduk.” Kata Bu Ani dan sontak saja teman-teman sekelasku mempersilahkan Denis duduk di kursi mereka.
“ Bu, apa saya boleh duduk di sini.” Tunjuk Denis yang tepat di kursi sebelahku yang memang tidak berpenghuni.
“ Iya silahkan, Putri nanti tolong bantu Denis yah untuk mempelajari mata pelajaran hari ini.” Aku hanya bisa mengiyakan dan dengan berat hati merelakan kursi di sampingku di duduki oleh si Pangeran Tampan yang hanya ada ada di dongeng-dongeng putri salju. Seketika itu ruang kelas menjadi heboh dan semua pandang mata menuju kepadaku seakan mengisyaratkan “ awas yah jangan macam-macam Denis itu punya kami”, dan aku hanya bisa menelan liur pahit.
“ Kamu yang nabrak aku kan tadi pas jam istirahat?.” Tanya Denis selidik.
“ Emm,,, iya maaf yah tadi saya terburu-buru.” Kataku mengiyakan dan memohon maaf.
“ Salam kenal yah aku Denis.” Kata Denis memperkenalkan lagi namanya.
“ Iya udah tau.” Penyakit phobia ku kambuh lagi dan sekarang aku menjadi si Putri Malu lagi.
“ Ohh, kamu.” Tanya denis lagi.
“ Aku Putri, tepatnya Putri Maharani.” Kataku memperkenalkan diri.
“ Namanya secantik orangnya.” Ujar Denis memuji.
“ Udah deh gak usah muji, aku tipe cewek yang gak suka di puji.” Inilah caraku untuk menyembunyikan rasa maluku yaitu dengan menjadi gadis cuek.
“ Cuek amat, ini tulus loh, coba kacamatamu di lepas pasti aura cantiknya lebih terpancar.” Kata Denis mulai merayuku.
“ Heemm dasar Pangeran agresif.” Kataku meledek.
“ Masa aku pangeran? Berarti aku cakep dong.” Jawab Denis balas menggodaku.
“ Dasar narsis, udah deh hari ini mata pelajarannya bahasa jerman buka halaman 20 terus baca ketentuannya.” Kataku mengingatkan dan menunjukan buku bahasa jermanku kepada Denis.
“ Oke makasih Putri.M alias Putri Malu haha.” Ujar Denis dan mulai menertawaiku yang sepertinya ia sudah bisa membaca tipe seperti apa diriku ini.
Akhirnya bel tanda pelajaran usai dan pertanda untuk pulang pun berbunyi, semua siswa-siswi pun berhamburan keluar hingga harus berdesakan melewati pintu keluar.
“ Yuk pulang sama-sama.” Pinta Denis dan mengulurkan tangannya.
“ Ihh siapa kamu, ngajak-ngajak saya pulang. Sorry yah saya sudah ada tumpangan buat pulang.” Jawabku sinis dan berlalu pergi dan menghampiri tempat duduk Rini.
“ Sorry yah Put, hari ini aku gak bisa ngantar kamu pulang, soalnya Mama nyuruh aku singgah ke pasar dulu.” Kata Rini dan segera pergi mendahuluiku.
“ Tuh kan, apa tadi ku bilang, ya udah ikut aku aja.” Kata Denis menawariku kembali untuk pulang bersama.
“ Gak usah, aku pulang naik angkot aja.” Jawabku dan berlalu pergi meninggalkan Denis yang hanya terdiam.
Tanpa di sangka-sangka hari ini semua angkot mogok beroprasi dan berdemo di depan kantor gubernur minta kenaikan biaya tarif penumpang.
“ Sial amat yah, Rini gak bisa ngantar pulang, angkot juga ikut-ikutan apa semua orang bersengkongkol yah supaya aku bisa pulang dengan Denis.” Gerutuku dan mengutuki diri sendiri.
“ Tuh kan apa aku bilang, emang hari ini kamu tuh di suruh pulang bareng aku.” Kata Denis yang berada tepat di belakangku yang mungkin sudah sejak tadi menunggu.
“ Dengan berat hati, oke lah tapi kita naik apa?.” Tanyaku penasaran.
“ Kita naik motor ninjaku aja.” Jawab Denis senang.
“ Ya ampun motor gede itu, males banget naiknya susah turunya susah apalagi duduknya susahh banget.” Kataku kesal.
“ Hehe, maaf belom sempat ganti motor biasa, tenang aja nanti aku yang ngajarin.” Jawab Denis tanpa beban. Setelah itu dengan susah payah aku naik ke motornya Denis, pertama aku mencoba dengan cara menaiki motor biasa ternyata susah banget, kedua aku mau naiknya pake cara lompat ternyata gak bisa juga dan untuk ketiga kalinya Denis menjelaskan bahwa untuk menaiki motor itu harus megang bahu Denis dulu kemudian injak tempat taruh kaki pake kaki kiri dan kemudian naik ke motornya.



“ Sialan ini pertama kalinya aku nabrak cowok, pertama kalinya juga ada cowok yang duduk di samping kursiku, pertama kalinya juga nerima ajakan cowok buat naik motor gede dan satu lagi ini yang paling aneh aku bisa nyentuh cowok selain keluargaku.” Gerutuku pada diri sendiri yang perlahan-lahan melakukan apa yang paling aku benci didunia ini. Denis yang mendengar hal itu tersenyum puas.
Akhirnya beberapa menit berlalu dan aku merasa lega bisa selamat selama di jalan raya bersama dengan “si Pangeran Agrasif” yang bikin aku tambah histeris motornya membuatku harus terus menjaga jarak dan bersusah payah agar tidak bersentuhan dengan Denis yang sengaja memacu motornya dengan kencang.
“ Makasih dah ngantar aku sampai rumah.” Kataku sesampainya di depan rumah dan berlalu pergi. Dan belum beberapa meter kakiku melangkah Denis berteriak lagi.
“ Besok aku jemput kamu yah kita berangkat sama-sama.” Kata Denis setengah berteriak.
“ Gak usah, pulang sana.” Jawabku ketus dan kali ini benar-benar meninggalkan Denis.
Jam dindingku sudah menunjukan pukul 06.30 wita, segera kubuka jendela kamarku, merapikan tempat tidurku, kemudian masuk ke kamar mandi dan bersiap pergi ke sekolah. Setelah aku berpamitan dengan mama papah, lalu menunggu ojek atau angkot yang lewat depan rumah.
Sepuluh menit berlalu tapi ojek atau angkot tidak ada yang lewat, tanpa ku duga Denis sudah mengamatiku dari tadi, aku ingat kemarin ia berjanji akan pergi ke ssekolah bersama-sama.
“ Tuh kan apa aku bilang, udahh naik motorku aja gratis kok ga bayar hehe.” Kata Denis dan menghampiriku.
“ Iya deh dengan berat hati hummmpptt.” Jawabku menyerah, di dalam hati aku mengutuki diriku sendiri sekarang aku harus berusaha naik ke motor Denis tanpa menyentuh bahunya dan hasilnya nihil.
“ Hahaha,,, udahh lah gak usah sok jual mahal, pegang aja bahuku gak keberatan kok.” Kata Denis lagi dan kali ini ia menertawaiku yang bersikap konyol didepannya.
“ Sial,,, mimpi apa yah aku semalam harus satu motor sama cowok narsis, agresif dan sok baik kayak kamu.” Gerutuku dan mengomel sepanjang jalan, Denis pun hanya tertawa mendengar gerutuanku dan omelanku itu, ia tampaknya puas melihatku tersiksa.

Seratus meter mendekati sekolah, aku menyuruh Denis menurunkanku agar teman-teman sekelasku tidak ada yang tahu bahwa Putri Malu bersama dengan Pangeran Agresif turun bersama ke sekolah, karna aku belum siap untuk menjadi selebritis dadakan di sekolah.

“ Loh kok turun disini sih?, kan sekolah kita masih jauh.” Tanya Denis yang merasa kebingungan dengan sikapku.
“ Emang kamu gak malu yah kalau anak satu sekolah tau kita turun bareng?.” Jawabku kesal karena Denis tidak merasa malu sama sekali.
“ Loh kenapa harus malu?, aku kan gak nyuri.” Jawab Denis polos yang juga belum mengerti dengan apa yang aku katakan.
“ Hmmm, kamu kan tau, kamu tuh selenya sekolah kita sekarang, dan aku juga gak mau jadi buah bibir para remaja putri di toilet wanita, dan satu lagi aku gak mau di buat pusing, hari ini aja kita bisa turun bareng, besok-besok aku gak bakal mau lagi.” Ujarku tegas menjelaskan apa yang ku maksud dan segera meninggalkan Denis yang masih mencerna kata-kataku.
Setelah masuk ke kelas, aku langsung pindah tempat duduk, sekarang aku duduk di samping Rini sahabatku, kebetulan Diana teman sebangku Rini gak masuk hari ini, jadi aku bisa bebas seharian duduk bersama Rini.
“ Rin, aku boleh yah duduk di sini satu hari aja, Diana kan gak masuk.” Pintaku sedikit memohon dengan wajah memelas.
“ Oke deh, tapi tumben banget biasanya kamu paling anti duduk di depan.” Jawab Rini yang merasa curiga dengan tingkah lakuku hari ini.
“ Gak papa kangen aja.” Kataku bohong.
“ Oke deh, tapi apa nanti kamu bisa baca tulisan di papan tulis?” Tanya Rini lagi.
“ Kan aku bisa baca tulisanmu.” Jawabku, penyakit rabun dekatku membuat aku tak bisa melihat tulisan papan tulis dari dekat.
“ Oh iya kok tumben aku nyium parfume dari badanmu, parfume cowok lagi.” Kata Rini dan mulai curiga dengan bau parfume yang melengket di bajuku.
“ Mampus nie anak idungnya kuat banget, nie pasti karna tadi Denis ngerem mendadak.” Kataku dalam hati yang mulai menyadari bau parfume siapa yang melekat di badanku yaitu bau parfume Denis.
“ Put, kok malah ngelamun, kayaknya aku kenal deh parfume siapa ini.” Kata Rini yang mulai mengingat dan mencari siapa yang mempunyai bau parfume yang sama dengan bau parfume yang melekat di badanku.
“ Oh itu, bau parfume tukang ojek.” Kataku sekenanya.
“ Hmm tukang ojek kok narsis yah, suka pake parfume mahalan.” Ujar Rini yang sudah tidak curiga lagi dengan bau parfume siapa yang melekat di badanku.
“ Iya emang narsis, udah gitu agresif lagi, padahal sudah ku tolak berkali-kali tapi dia gak peduli dan tetap nyuruh aku naik ke motornya dan gak perlu bayar.” Jelasku mendiskripsikan si tukang ojek.
“ Haha, lucu yah mungkin tukang ojeknya naksir kamu.” Kata Rini dan berhasil membungkam mulutku.
Akhirnya bel tanda masuk kelas berbunyi dan semua siswa-siswi masuk ke kelas masing-masing termaksud Denis, namun tatapan Denis ketika melihatku duduk di samping Rini seakan mengisyaratkan kekecewaan, namun aku tidak mau ambil peduli, cukup sampai di sini saja kedekatan kami tidak boleh lebih.
Selama pelajaran berlangsung, aku tidak bisa konsentrasi karna yang ada dipikiranku saat ini hanya ada Denis, berapa kalipun aku menepisnya tapi perasaan itu terus menghantuiku seakan tidak mau enyah dari pikiran dan hatiku.
“ Put, kamu ada masalah apa?, dari tadi aku perhatiin gelisah mulu.” Kata Rini dan membuyarkan lamunanku.
“ Nggakk papa, aku Cuma kepikiran sama si tukang ojek tadi pagi.” Jawabku singkat.
“ Duhh, tukang ojek kok dipikirin, kayak gak ada orang lain aja.” Ujar Rini yang terlihat kesal karna aku hanya memikirkan si tukang ojek yang tidak lain adalah “Pangeran Agresifku yaitu Denias Alvaro.”
Tidak terasa waktu berlalu kini Pak Sutisno ingin mengumumkan acara kemah temu alumni yang akan di adakan minggu depan di daerah pedesaan.
“ Anak-anak minggu depan akan diadakan acara kemah bersama temu alumni semua murid wajib hadir.” Kata Pak sutisno dalam pengumumannya.
“ Put ikut yukk.” Kata Rini mengajakku pergi bersama.
“ Duhh gimana yah?, takut gak di ijinin.” Jawabku.
“ Tenang aja nanti bareng aku aja ijinnya, pasti ortumu ngijinin.” Ujar Rini.
“ Oke ntar pulang sekolah singgah ke rumah ku dulu yah.” Pintaku.
“Sipp dah.” Jawab Rini, setelah itu kami pulang bersama menggunakan motor bebek Rini yang butut dan Rini singgah di rumahku untuk meminta ijin ke mama papah.
“ Om, saya boleh gak ngajak Putri, kemping ke taman kota, kita rame-rame ma anak sekelasan, gurunya juga ada kok om.” Pinta Rini ke Papahku.
“ Bisa aja kok, yang penting nak Rini, gak boleh pisah sama Putri.” Jawab Papahku yang dapat ku artikan bahwa ia mengijinkanku pergi bersama dengan Rini.
Semingu setelah kedatangan Rini, kini tibalah waktunya aku dan Rini pergi kemping ke taman kota, bersama Denis tentunya.
“ Wah, udaranya seger banget.” Kataku ketika turun dari bus.
“ Iyalah, inikan dirancang khusus buat acara kemping.” Jawab Rini yang berada di belakangku.
Sesaat kemudian kami mulai membuat tenda-tenda diatas lahan hijau yang luas, lengkap dengan perapian untuk masak, seelah itu kami mulai menjelajahi taman kota yang lumayan luas untuk seukuranku yang tidak pernah berolahraga ini.
“ Putri.” Terdengar suara laki-laki yang memanggilku dari arah belakang.
“ Iya.” Jawabku dan menoleh yang ternyata sumber suara tadi adalah suara Denis.
“ Mau kemana?, kok sendirian sih.” Tanya Denis yang penasaran karena melihatku berjalan sendirian.
“ Ngg,,, Cuma mau jalan-jalan aja.” Jawabku singkat yang tidak mau berlama-lama bersama Denis.
“ Aku temenin yah.” Kata Denis mengajukan dirinya.
“ Nggakk perlu, aku gak bakalan nyasar kok.” Jawabku dan langsung berjalan pergi, meninggalkan Denis yang masih ingin mengatakan sesuatu.

Sejam kemudian Rini terlihat kebingungan karena aku tidak di ketahui keberadaannya, kemah pun riuh, Rini menghampiri semua untuk menanyakan siapa yang terakhir melihatku sejam yang lalu, berita ini pun sampai ke telinga Denis, Denis pun panik, ia berlari tunggang-langgang ia kembali ke tempat di mana aku bertemu dengannya, di tempat lain aku hanya bisa berjalan mencari bantuan dan jalan keluar yang hampir tak ku temukan.

“ Putri,,, dimana kamu?” Terdengar dari kejauhan, teriakan seseorang yang selama ini selalu mengelilingiku dan tidak pernah meninggalkanku, perlahan-lahan aku bangkit dan menghampiri suara itu.
“ Aku di sini.” Teriaku.
Setelah beberapa menit saling sahut-menyahut akhirnya ku temukan siapa pemilik suara itu.
“ Denisss....” Kataku setelah mengenali siapa yang kini berada tepat di hadapanku.
“ KAMU TAU GAKK!!! SEMUA ORANG TUH PANIK,,,, BISA GAK KAMU GAK BUAT AKU KHAWATIR.” Bentak Denis ketika melihat kakiku yang bengkak karena terkilir.
Teriakan Denis barusan membuat air mataku tak tertahan antara takut dan kaget melihat sekelilingku yang nampak suram, Denis yang melihat air mataku jadi merasa bersalah dan ia pun meminta maaf.
“ Maaf, aku kelewatan yah, ini karna aku takut kamu kenapa-kenapa.” Kata Denis Menghampiriku  dan membelai halus rambutku yang berantakan, kemudian menghapus air mataku yang masih menggenang di pipiku.
Aku hanya terdiam melihat sikap Denis yang lembut. Dulu dipikiranku Denis adalah seorang pangeran agresif yang suka mencari kesempatan, tapi sekarang Denis yang di depanku ini sangat jauh berbeda penuh cinta dan kasih sayang.
“ Maaf aku terlambat.” Kata Denis lagi.
“ Nggakk papa,, kamu datang aja aku sudah bersyukur banget.” Jawabku lirih dan melepaskan tangan Denis yang masih memegang erat kedua pipiku yang basah.
“ Ayo kita pulang, udah sore takutnya ntar kemalaman.” Ujar Denis, saat matahari mulai kembali ke peraduannya.
Kemudian kami berjalan beriringan, Denis berjalan pelan mengiringi lankahku yang lamban, tak disangka kakiku terpeleset dan membuat Denis secara sigap memegang tanganku dan menahanku agar tidak terjatuh ke tanah.
“ Hati-hati, pegang tanganku supaya kamu gak kepeleset lagi” Kata Denis dan mengulurkan tangannya.
“ Ngggak usah aku bisa sendiri kok” Jawabku dan menepis tangan Denis.
“ Ngggak usah malu deh, sekarang bukan waktunya kamu untuk malu, aku niatnya baik kok, mau nolongin kamu.” Katanya lagi dan kini tanpa persetujuanku Denis menggandeng tanganku dengan erat walaupun aku meronta meminta di lepaskan tapi Denis semakin erat menggandeng tanganku, mau tidak mau aku hanya bisa pasrah dan balas menggenggam erat tangan Denis.
“ Gitu dong, itu baru Putri yang ku kenal.” Kata Denis tersenyum dan membantuku berjalan, tanpa di ketahui Denis, aku pun ikut tersenyum lega.
 Kemudian sejam pun berlalu tanpa terasa kami berdua telah sampai di kemah, Rini yang melihatku pertama kali langsung histeris dan memelukku, ia tidak sadar bahwa di sampingku ada Denis yang masih menggengam erat tanganku.
“ Kamu gak papa kan Put?” Tanya Rini ketika sesampainya aku di kemah.
“ Iya gak papa kok, udah mendingan, makasihh yah udah perhatian sama aku Rin.” Jawabku menjelaskan keadaanku yang sekarang.
“ Itu udah pasti, ortu mu kan nitipin kamu ke aku.” Ujar Rini menjelaskan.
“ Kok nitipin sihh, kayak anak Tk aja, hahaha.” Kamudian kami saling tersenyum, Denis hanya bisa melihatku dari kejauhan dan tersenyum manis, kemudian berlalu pergi.
Acara kemping di taman kota sukses, tanpa terasa dua hari dua malam telah kami lewati bersama dengan riang gembira, hubunganku dengan Denis pun berjalan lancar.
Kini tiba saatnya mata pelaran baru, biasanya akan ada murid baru di semester baru ini.
“ Rin, biasanya semester baru ya murid baru.” Ujarku kepada Rini yang melamun.

Selasa, 29 November 2011

Ada Aku Untukmu


Bunyi ambulan yang menggelegar membangunkan Rina yang pingsan karena menjadi korban kecelakaan beruntun bersama Denis tunangannya.
  Denis.. Denis, kamu di mana ?” Kata Rina ketika membuka matanya.
“ Maaf Mba, korban yang satunya lagi tidak bisa kami selamatkan.” Jawab petugas ambulans yang berada di samping Rina.
“ Gak, mungkin, Denis gak boleh mati.” Kata Rina dan mulai menitikan airmatanya yang mengalir deras.

Rina pun akhirnya sampai di Rumah Sakit tempat Denis dan dirinya di rawat, Rina bergegas menuju kamar mayat, ia ingin memastikan bahwa yang di dengarnya tadi adalah sebuah kesalahan. Tapi ternyata impian tak seindah kenyataan, kini Denis terbujur kaku di atas ranjang, tidak bernafas dan tidak bergerak, membuat air mata Rina mengalir lagi untuk yang kesekian kalinya.Ia pun tak sanggup dan jatuh pingsan tepat di bawah ranjang Denis dan air mata masih menggenang di pelupuk matanya.

“ Rin bangun Rin” Kata orang yang berada di samping Rina.
Perlahan-lahan Rina membuka matanya.
“ Syukurlah Rin, kamu bisa sadar juga, udah tiga jam kamu pingsan.” Kata orang itu lagi .
“ Andra?” Kata Rina yang mulai menyadari keberadaan Andra di sampingnya.
“ Iya, ini aku. Andra Maulana” Jawab Andra membenarkan jawaban Rina.
“ Ndra,........ Denis, .... Ndra, dia sudah ninggalin aku buat selama-lamanya.” Kata Rina sambil memeluk Andra.
“ Maaf aku datangnya telat.” Kata Andra menenangkan Rina yang tengah menangis.
 Gak papa Ndra, kamu dah datang aja, aku sudah besyukur banget.” Ujar Rina sembari menghapus air matanya.
“ Sekarang ayo kita pulang, kasihan Denis kalo pemakamannya di tunda terus.” Kata Andra mengingatkan, Rina pun setuju. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya Rina siap berangkat mengantar jenazah Denis pulang dan segera menyolatkan dan menguburkannya.
“ Makasih Rin, Tante tau kamu pasti sedih, tapi jangan terlalu sedih yah, hidup ini gak akan berhenti hanya karna kematian seseorang, suatu hari pasti ada hikmah di balik semua ini.” Kata Ibu Denis menenangkan Rina dan tidak menyalahkan Rina sebagai penyebab kecelakaan maut tersebut.
Rina hanya terdiam.
Setelah pemakaman Denis selesai, Rina pun pamit untuk pulang dan menenangkan dirinya yang memang masih mengingat Denis yang kepergiannya begitu cepat.
Tiga minggu berlalu dan Rina masih dalam keadaan berkabung. Andra sahabat kecil Rina sangat merasakan perubahan yang terjadi pada diri Rina yang sekarang. Andra pun berniat mengembalikan senyum Rina seperti dulu lagi. Ia ingin mengembalikan Rina yang dulu selalu membuat lelucon-lelucon lucu, yang selalu tertawa lepas bersamanya. Andra sadar mungkin selama ini ia telah menyukai Rina sejak dulu, tapi ia tidak menyadari perasaannya sendiri, sekarang setelah Rina seakan menghilang baru ia menyadari bahwa ia merindukan sosok Rina, serta sedih ketika melihat Rina menangis, dan bahagia ketika melihat Rina tertawa.
Inikah yang di namakan cinta sejati?. Ia bertekad mulai sekarang ia akan selalu ada disamping Rina.
 “ Rin, kamu ingat gak gimana kita ketemu dulu?.” Tanya Andra ketika berada di rumah Rina.
“ Lupa.” Jawab Rina singkat.
“ Dulu kita ketemu di sekolah, karna aku anak baru dan gak punya teman, kamu sengaja duduk di sampingku karna teman kamu gak masuk hari itu, dan kamu gak mau duduk sendirian.” Kata Andra menjelaskan awal pertemuan mereka.
“ Oh iya aku ingat dulu mukamu lucu banget, kayak anak ayam kehilangan induknya, makanya aku kasihan dan duduk di sampingmu.” Jawab Rina yang mulai mengingat masa lalunya.
“ Yup, betul banget, kamu ingat gak, kamu tuh nyebelin banget, dulu kamu suka ngisengin aku, kamu suka banget jadiin aku bahan leluconmu ke anak-anak satu kelas, entah itu tentang aku yang suka ngupil lah, suka bicara sendiri lah pokoknya ada aja yang bisa kamu jadiin bahan leluconmu dan aku selalu jadi yang pertama buat kamu korbanin.” Ujar Andra bercanda untuk merangsang ingatan Rina agar bisa kembali ke masa-masa sekolah mereka.
“ Hahaha, iya aku ingat, habis kamu otarngnya terlalu tertutup, jadi anak-anak lain pada penasaran, jadi aku punya inisiatif sendiri buat ngerjain kamu, biar anak-anak lain gak penasaran sama si anak baru hahaha.” Jawab Rina dan mulai tertawa. Ia pun mulai mengalihkan pikirannya dari Denis walaupun itu hanya lima detik, tetapi Andra bersyukur ini berarti masih ada Andra dalam ingatan Rina.
Dalam hati Andra berkata“ Ini baru Rina yang aku kenal, penuh senyum dan selalu tertawa. Semoga Rina bisa melupakan Denis, yang telah tiada.”
Andra mulai menaruh harapan. Ia berharap Rina bisa melihatnya sebagai pria yang selalu ada untuknya. Bukan hanya seorang sahabat tapi ia juga ingin menjadi kekasih, dan juga teman yang akan menemaninya di saat ia sedang sedih ataupun senang. Andra ingin menjadi segalanya buat Rina.
“ Rin, aku pulang dulu yah sudah lama juga aku di sini, besok insya allah aku kesini lagi.” Kata Andra berpamitan.
“ Oke, thanks yah Ndra, kalo gak ada kamu, aku gak tau harus ngapain.” Ujar Rina yang mulai menyadari bahwa tanpa Andra maka hidupnya pasti akan hancur.
“ Yah itulah gunanya teman.” Kata Andra dan tersenyum manis.
Setelah kepergian Andra. Rina baru mulai menyadari pertemuannya bersama Andra seakan-akan sudah di takdirkan. Tapi ada perasaan aneh ketika Andra bilang “ Itulah gunanya teman” Rasanya mengganjal di hati Rina. Karena ia ingin lebih dari sekedar teman biasa dan senyuman Andra barusan membuat hatinya tenang dan hangat. Apakah ia mulai menyadari bahwa Andra adalah takdir yang dikirim tuhan untuknya?
Sesampainya Andra di rumah, Ibunya langsung memanggilnya.
“Ndra, tadi ada telpon dari kampus katanya beasiswa S2 mu diterima, dan mulai minggu depan kamu bisa berangkat ke Australia.” Kata Ibu Andra.
“ Apa ma?, alhamdulilah.” Jawab Andra.
“ Iya, Mama pikir kamu gak bakalan bisa ngelanjutin S2.” Kata Ibu Andra meledek putranya Andra, yang raut mukanya langsung berubah masam.
“ Ah,,,,, Mama, gini-gini Andra tuh pinter juga.” Ujar Andra membela diri.
“ Iya deh iya, anak Mama emang pintar.” Kata Ibu Andra menyerah dan tersenyum bangga akan putra semata wayangnya.
“ Tapi Maa....” Kata Andra dan tidak melanjutkan perkataannya.
“ Tapi kenapa Ndra?.” Tanya Ibu Andra secara tiba-tiba.
“ Nggg,, Gak Ma, gakk pa pa, Andra Cuma lagi mikir aja tapi sekarang dah lupa.” Kata Andra menjelaskan dan pergi masuk kekamar, meninggalkan Ibunya yang masih merasa bingung dengan perkataan Andra barusan.
Andra pun terpaku di kamar tidurnya dan kembali memikirkan kata-kata terakhir dari Ibunya, yang membuat hatinya merasakan sesuatu. Sesuatu yang akan menyebabkan seseorang akan terluka kembali yaitu Rina, apakah ia harus meninggalkan Rina yang masih dalam keadaan berduka, ada rasa penyesalan yang mendalam di hati Andra.

“ Rin, kita perlu bicara, ada sesuatu yang mau aku bicarakan” Kata Andra sesampainya di kampus dan langsung menghampiri Rina yang tengah membaca buku di perpustakaan.
“ Iya, ada apa tumben banget mau bicara berdua?” Tanya Rina yang mulai merasa curiga bahwa akan ada sesuatu yang akan mengejutkannya.
“ Emm itu, tapi kamu jangan sedih yah.” Pinta Andra.
“ Iya, tenang aja airmataku dah kering, jadi gak mungkin nangis lagi.” Jawab Rina sepontan.
“ Oke, kamu tau kan, aku ngajuin beasiswa S2 ke luar negri?” Tanya Andra langsung.
“ Iya.” Jawab Rina singkat.
“ Aku di terima Rin.” Kata Andra.
“ Bagus dong, selamat yah, kapan berngkatnya?.” Jawab Rina dan menanyakan keberangkatan Andra.
“ Seminggu lagi Rin” Kata Andra, dan hanya membuat Rina terdiam untuk beberapa saat tanpa ekspresi.
Kemudian hati Andra berkata “Aku kan jalannya lama 3 tahun Rin, kok kamu gak ada ekspresi sedih-sedihnya sih apa emang aku gak ada artinya yah buat kamu.” Setelah beberapa saat Andra pamit pulang untuk menyiapkan keberangkatannya ke Australia minggu depan.

Setelah kepergian Andra, Rina menutup bukunya dan mulai merenung, tanpa sadar airmatanya pun tumpah tanpa di ketahui Andra, Rina pun menangis kembali, kini ia sadar bahwa ia akan kehilangan lagi untuk kedua kalinya seseorang yang sangat berarti di hidupnya yaitu Andra.

Beberapa hari pun berlalu kini waktunya Andra berangkat ke Bandara, Rina pun belum melihatkan batang hidungnya, dengan berat hati Andra pun berangkat pergi ke Bandara. Sesampainya di Bandara, Rina belum juga tampak, ada rasa kekecewaan di hati Andra. Tetapi ia menepis kekecewaan itu ketika seseorang yang setengah berlari menghampirinya di depan pintu keberangkatan dialah Rina yang telah membuat hati Andra galau.
“ Aku senang kamu datang.” Kata Andra tersenyum setelah melihat kedatangan Rina.
“ Iya lah, gak mungkin aku gak datang.” Jawab Rina sambil bercanda dan menyunggingkan senyum manis di bibirnya.
“ Tunggu aku yah, gak lama kok Cuma 3 tahun.” Pinta Andra secara tiba-tiba.
“ Hah, 3 tahun?. Lama banget.” Jawab Rina yang tak percaya, bahwa ia tidak akan bertemu Andra selama tiga tahun.
“ Hehe, awas jangan nakal, dan jangan melirik ke laki-laki lain loh, pokoknya tunggu aku.” Ujar Andra mengingatkan.
“ Tergantung, kalau yang deketin aku orangnya lebih ganteng, lebih tajir dari pada kamu, kan gak mungkin ku sia-siain haha.” Jawab Rina tertawa dan meledek Andra yang mulai menunjukkan wajah masamnya.
“ Pokoknya aku gak mau tau, tunggu aku sampai aku kembali, kamu gak boleh nikah sama orang lain Cuma boleh sama aku aja.” Kata Andra lagi dan menegaskan keinginannya pada Rina.
“ Kita liat aja nanti. Yah udah cepetan masuk nanti ketinggalan pesawat.” Jawab Rina dan mendorong Andra masuk ke pintu keberangkatan dan mulai melambaikan tangannya yang mengisyaratkan selamat tinggal. Andra pun membalas melambaikan tangannya yang mengisyaratkan sampai jumpa dan menegaskan kembali bahwa ia akan segera kembali dan memohon Rina untuk menunggunya.

Setelah kepergian Andra, Rina kembali membasahi pipinya dengan air mata yang mulai deras tapi airmata ini berbeda dengan airmata sewaktu Denis meninggal dunia, tapi airmata ini karna ia bisa melepaskan Andra dengan penuh kepercayaan dan kebahagiaan serta harapan di masa yang akan datang.

Tiga tahun pun berlalu.

Tanpa terasa waktu pun berjalan cepat dan kini Rina sudah mengenakan jilbab dan menutup auratnya, sekarang ia bekerja di sebuah Bank Syariah ternama serta ia di angkat menjadi manager di Bank tersebut.
“ Bu Rina, denger-denger kabar nie, hari ini direktur kita yang baru bakalan datang.” Kata salah satu karyawannya yang bernama Nila.
“ Iya, saya juga saya juga penasaran seperti apa bos baru kita itu.” Jawab Rina.
“ Mudahan aja, direktur kita yang baru ini orangnya ganteng, muda, dan yang paling penting baik hati dan tidak sombong.” Ujar Nila mendeskripsikan direktur baru yang akan datang.
“ Amienn, mudahan juga dia tertarik sama saya.” Kata Rina meledek karyawanya Nila dan membuat wajah Nila berubah drastis.
“ Ah Ibu, kan Ibu sudah punya Mas Andra yang gak tau kapan datangnya.” Jawab Nila kesal dan segera meninggalkan ruang kerja Rina. Rina pun hanya tersenyum kecil melihat tingkah karyawannya tersebut.
Setelah kepergian Nila, Rina pun teringat kembali tentang kata-kata terakhir Nila tentang Andra, yang sampai hari ini tidak diketahui kabarnya selama setahun ini, terakhir Andra mengatakan bahwa ia di terima kerja menjadi direktur di perusahaan ternama di Australia. Tetapi rina optimis kalau ia memang di takdirkan untuk Andra maka jodoh tidak akan pernah kemana.

Beberapa minggu pun berlalu hari ini akan ada direktur baru yang menggantikan direktur lama yang telah pensiun. Tetapi tiba-tiba handphone Rina berbunyi.
“ Assalamu’alaikum wr.wb, hallo ada apa tante, tumben nelpon Rina pagi-pagi gini.” Kata Rina ketika mengangkat telpon yang ternyata dari Ibunya Andra.
“ Rina gak tau yah, hari ini Andra pulang, kamu bisa gak ikut tante jemput dia di bandara.” Tanya Ibu Andra.
“ Nggg,,, itu saya gak bisa, soalnya hari ini saya sibuk ngurusin kedatangan direktur baru, Emmm,,, saya minta maaf yah Tante, dan sampaikan salam saya ke Andra.” Jawab Rina menjelaskan.
“ Ya sudah gak papa,, tapi Rina gak nyesel nie, kan udah nunggu Andra lama.” Kata Ibu Andra lagi.
“ Gak papa Tante, entar juga ketemu.” Jawab Rina singkat.
“ Oke dehh,,, Kalau begitu Tante mau jalan dulu yah Assalamu’alaikum.” Kata Ibu Andra dan menutup telpon. Di ujung telpon Rina merasa bersalah tapi apa mau dikata ia harus profesional.

Andra akhirnya sampai dan segera menuju ke pintu kedatangan ia sudah rindu ingin bertemu Rina dan keluarganya.

“ Andra.” Kata Ibu Andra begitu melihat putranya.
“ Mama.” Jawab Andra dan menghampiri Ibunya dan memeluknya.
“ Rina minta maaf gak bisa ikut jemput soalnya dia juga lagi sibuk.” Kata Ibu Andra.
“ Kok dia tega sih Ma, apa gak kangen sama Andra.” Jawab Andra yang terlihat sedikit kecewa.
“ Nanti juga ketemu.” Kata Mama Andra menenangkan putranya.
Setelah itu Andra dan Ibunya segera pulang, di tengah jalan Andra berkata bahwa ia harus menghadiri sebuah acara dan ia minta di turunkan di depan sebuah Bank Syariah, yang tidak lain dan tidak bukan adalah tempat kerja Rina.
“ Inikan?.” Kata Ibu Andra mengingat tapi tidak jadi melanjutkan malah tersenyum kecil dan berkata “ Jodoh emang gak kemana”.
“ Apa maksud Mama?.” Tanya Andra bingung.
“ Ahh,, gak papa, masuk aja nanti juga kamu tau.” Kata Ibu Andra dan menyuruh supir untuk menjalankan mobil menuju rumah. Andra yang tidak tahu menahu mulai bingung dengan apa yang dikatakan Ibunya barusan.
Setelah beberapa saat Andra sekarang berdiri di depan pintu Bank tersebut dan di sambut hangat oleh semua karyawan, Nila yang pertama kali melihat langsung menghampiri dan menyambut direktur baru tersebut dan terpesona oleh ketampanan Andra.
“ Apa Bapak ini direktur baru kami?.” Tanya Nila yang tidak mengenali Andra yang kini telah jauh berbeda dengan foto yang berada di atas meja Rina yang hanyalah seorang pemuda yang memakai kaos oblong, jins biru tua dan topi yang hampir menutupi sebagian wajahnya.
“ Iya betul, kenalkan nama saya Muhamad Andara perdana dari Australia yang di pindah tugaskan kemari mulai hari ini.” Jawab Andra memperkenalkan dirinya.
“ Namanya bagus banget. Apakah saya boleh memangil Anda Pak Andara saja?.” Tanya Nila dengan senyum semangatnya.
“ Silahkan saja, semua orang banyak yang memanggil saya seperti itu.” Kata Andra ramah dan menyunggingkan senyumnya, dan membuat Nila terpesona di buatnya.
“ Silahkan  Pak ikut saya, saya akan memperkenalkan Bapak dengan manajer kami” Kata Nila dan mempersilahkan Andra mengikutinya untuk menuju ke ruangan manajer yang tidak lain adalah ruang kerja Rina.
“ Silahkan masuk Pak, ini adalah ruang kerja manajer kami.” Kata Nila mempersilahkan dan Andra pun mengetuk pintu ruangan dan terdengar suara dari dalam yang mempersilahkan untuk masuk, perlahan tapi pasti Andra membuka pintu dan ia melihat seorang wanita yang mengenakan jilbab berwarna biru muda senada dengan baju dinasnya yang berwarna biru tua.
“ Emm,,,, apa Bapak ini yang akan menjadi direktur baru kami.” Kata Rina yang belum mengenali pria yang berada di depannya.
“ Iya perkenalkan nama saya Muhammad Andara Perdana.” Jawab Andra dan menyambut tangan Rina.
“ ANDRA.” Kata Rina yang mulai mengenali siapa pria di depannya ini.
“ Emmm iya betul, siapa yah?.” Kata Andra yang juga belum mengenali Rina yang memang berubah drastis, yang ia ingat hanyalah gadis tomboy yang selalu mengikat rambutnya seperti ekor kuda, menggunakan kaca mata minus, dan mengenakan kaos oblong , jins panjang serta sepatu kets. Tapi yang di depannya kini seorang gadis dewasa yang mengenakan jilbab, anggun, memakai pakaian tertutup dari kepala hingga kaki dan memakai high hills serta tidak lagi memakai kacamata minus.
“ Ini aku Rina.” Ujar Rina mengingatkan.
“ Rina?,,,,apa kamu betul Rina yang aku kenal dulu kok sekarang berubah jadi lebih anggun dan cantik, di mana kacamata minusmu dulu.” Tanya Andra yang tak percaya dengan penglihatannya.
“ Iya ini aku Rina Nurul Hudayah, sekarang aku sudah berubah Ndra, jadi lebih cantik kan?.” Jawab Rina lagi dan menegaskan bahwa ia benar-benar Rina yang di kenal Andra dulu.
“ Iya cantik, aku sampai pangling loh, aku kangen kamu Rin, kenapa tadi gak jemput aku di bandara?.” Kata Andra yang terpesona dan jujur bahwa ia merindukan Rina.
“ Sama Ndra aku juga kangen, tapi kenapa setahun terakhir ini kamu gak ada ngubungin aku, aku kira kamu dah lupain aku, kan disana banyak cewek-cewek cantiknya.” Jawab  Rina menjelaskan dan mulai kesal karna Andra tidak menghubunginya selama setahun.
“ Maaf Rin, setahun kemaren aku sibuk menitikan karir ku di Australia dan alhamdulilah aku bisa kembali lagi ke sini, dan tenang aja aku gak mungkin melirik gadis lain selain kamu kok, kan aku sudah janji.” Ujar Andra menjelaskan dan mulai menggoda Rina. Kata-kata terakhir Andra membuat hati Rina tenang dan jantungnya berdebar-debar merasakan kembali cinta yang selama ini ia pendam.

Setelah pertemuan singkat itu Andra mendapatkan pekerjaan tetap dan menjadi direktur utama di Bank Syariah serta Rina sebagai Manajer sekaligus tunangan serta calon istri dari Muhammad Andara Perdana.

Puisi
Aku ada untukmu...

Jadilah setitik embun yang kan menghapus dahagaku.
Jadilah secercah cahaya matahari yang kan menerangi jalanku.
Aku berjanji akupun akan menjadi Embun serta cahaya matahari bagimu.
Karna kamu ada untukku.
Begitu pun aku kan selalu ada untukmu.

For my eks boy friend I will save you in my heart.


TAMAT...