Rabu, 30 November 2011

PUTRI MALU & PANGERAN AGRESIF JATUH CINTA....


“Putri Malu” begitulah orang-orang selalu memangilku karena aku seorang gadis pemalu yang bernama lengkap Putri.M alias Putri Maharani.
“ Put, ikut ke kantin yok” Kata sahabatku Rini ketika bel tanda istirahat berbunyi.
“ Iya,,,, bentar Rin, lagi nyari duit nie di tas dari tadi gak nemu-nemu.” Jawabku dan tetap mencari uang jajan yang di berikan Mama tadi pagi.
“ Yah udah aku duluan yah udah laper banget nie.” Kata Rini lagi dan kali ini sambil memegang perutnya, menandakan bahwa ia sedang lapar.
“ Oke ntar aku nyusul.” Jawabku singkat.
Setelah beberapa saat, akhirnya yang aku cari kutemukan dan dengan sigap aku berlari menuju ke kantin tanpa sengaja aku menabrak seseorang.
“ Ma,,, Maamaaff.” Kataku dan segera melihat siapa yang ku tabrak.
“ Gak Papa, makanya jalannya pelan-pelan untung tadi aku nangkap kamu, coba kalau gak?, pasti sekarang kamu sudah nyium semen.” Kata orang itu dan ia pun tersenyum kecil dan kemudian berlalu pergi.
“ Ya ampuunn cakep banget siapa yah namanya?.” Kataku penasaran.
Setelah kejadian itu aku pun berjalan santai menuju kantin, dan rasanya sudah tidak sabar untuk menceritakan kejadian barusan kapada sahabatku Rini.
“ Rin, tadi tau gak aku nabrak cowok cakeeppp bangett, kira-kira siapa yah namanya?.” Kataku sesampainya di kantin sekolah dan menceritakan kejadian yang baru saja ku alami.
“ Tunggu dulu aku juga mau cerita, sekarang di sekolah kita lagi ada murid baru, denger-denger sih katanya cakep, tinggi, putih dan pastinya tajir katanya sih namanya Denis.” Ujar Rina menjelaskan.
“ Iya kah, gak tertarik tuh.” Jawabku singkat.
“ Bentar dulu, kamu kan belom liat, entar sekali liat pasti kamu jatuh cinta.” Kata Rini lagi, dan membuatku sedikit merasa penasaran seganteng apa yang namanya Denis itu.
“ Emang kamu sudah liat.” Tanyaku penasaran.
“ Belom sih, tapi denger-denger sih dia bakalan ke Kantin ini, entar kita liat sama-sama.” Jawab Rini menegaskan bahwa ia juga belum melihat sosok Denis yang katanya gantengnya selangit.
“ Emm dasar Ratu Gosipp, kirain kamu muji-muji dia, karna kamu dah tau orangnya yang mana tapi ternyata sama aja kayak aku.” Ujarku kesal.

Setelah beberapa saat yang di tunggu akhirnya datang juga, tidak menunggu waktu lama untuk mengetahui yang mana yang namanya Denis, karena hanya dalam hitungan detik para wanita yang berada di kantin sudah ricuh meneriakan nama Denis, seakan-akan yang datang adalah artis selevel Kim Hyun Jong, Lee Min Ho, Taecheyon, dan beberapa artis terkenal lainnya. Dari kejauhan aku melihat sosok Denis yang di kerumunin wanita-wanita cantik selevel Luna Maya, tapi karena mataku minus jadi tidak begitu jelas melihat dari kejauhan.

“ Put, ituloh yang namanya Denis cakep kan?.” Tanya Rini dan menunjuk kearah Denis tetapi sayang aku tidak bisa melihat begitu jelas.
“ Yang mana?, rin kamu kan tau mataku nie minus jadi gak jelas ngeliatnya.” Kataku mengingatkan Rini.
“ Oh iya lupa, oke kamu tunggu di sini yah nanti Denisnya aku foto biar kamu bisa liat dengan jelas.” Ujar Rini ketika mendapat ide dan langsung berlalu pergi menghampiri Denis.
 Selang beberapa waktu akhirnya Rini muncul dan membawa serta handphonenya yang berisi foto Denis, dan segera menunjukannya kepadaku.
“ Ini kan?.” Kataku dan terhenti seketika mengamati lagi foto yang berada di handphonenya Rini, dan mulai menyadari bahwa dialah seseorang yang tadi pagi menolongnya.
“ Iya ini yang namanya Denis, cakep kan.” Kata Rini memutus perkataanku.
“ Denis, jadi namanya Denis.” Kataku tak percaya.
“ Kenapa kamu sudah kenal?” Tanya Rini lagi.
“ Nggg,,, Nggakk lah, masa iya aku si putri malu berani kenalan sama cowok secakep ini?.” Kataku berbohong agar Rini tidak curiga.
“ Iya sih kamu kan kalau ketemu cowok suka phobia tiba-tiba langsung kabur aja.” Ujar Rini mengingat masa laluku, ketika duduk di kelas satu SMA, waktu itu ada Kakak kelas yang mau kenalan tapi aku malah kabur.
“ Hehehe kamu tuh masih aja inget masa laluku, itu mah udah jadi tradisi gak tau kapan penyakit itu bisa hilang.” Kataku mengingat kembali masa-masa menyakitkan hingga sekarang.
“ Ya udah itu lupain aja, sekarang kan kamu gak sendiri ada aku di sini.” Ujar Rini dan menenangkanku.
“ Makasih yah Rin, kalau gak ada kamu, gak tau dah aku bakalan jadi apa sendirian di sekolah dan tetap menjadi makhluk alien yang gak punya teman.” Kataku menegaskan.
Setelah tanda bel masuk berbunyi, aku dan Rini bergegas pergi menuju kelas dan Bu Ani, guru bahasa jermanku sudah berdiri di depan kelas.
“ Anak-anak hari ini kita kedatangan murid baru, mungkin sebagian dari kalian sudah kenal, Nak Denis silahkan masuk.” Kata Bu Ani dan mempersilahkan Denis sang pangeran tampan masuk ke kelasku.
“ Perkenalkan nama saya Denias Alvaro, kalian bisa manggil saya Denis.” Kata Denis, dan seketika itu pula ruangan menjadi heboh semua murid perempuan bersilih berganti menanyakan pertanyaan-pertanyaan konyol seperti, Denis tinggal di mana, Denis minta nomor telpon dong, emm udah punya pacar belom dan masih banyak lagi yang membuatku tercengang dengan banyaknya fans Denis, dan satu-satunya orang yang tidak bertanya di kelas itu hanya aku “ si Putri Malu”.
“ Denis silahkan duduk.” Kata Bu Ani dan sontak saja teman-teman sekelasku mempersilahkan Denis duduk di kursi mereka.
“ Bu, apa saya boleh duduk di sini.” Tunjuk Denis yang tepat di kursi sebelahku yang memang tidak berpenghuni.
“ Iya silahkan, Putri nanti tolong bantu Denis yah untuk mempelajari mata pelajaran hari ini.” Aku hanya bisa mengiyakan dan dengan berat hati merelakan kursi di sampingku di duduki oleh si Pangeran Tampan yang hanya ada ada di dongeng-dongeng putri salju. Seketika itu ruang kelas menjadi heboh dan semua pandang mata menuju kepadaku seakan mengisyaratkan “ awas yah jangan macam-macam Denis itu punya kami”, dan aku hanya bisa menelan liur pahit.
“ Kamu yang nabrak aku kan tadi pas jam istirahat?.” Tanya Denis selidik.
“ Emm,,, iya maaf yah tadi saya terburu-buru.” Kataku mengiyakan dan memohon maaf.
“ Salam kenal yah aku Denis.” Kata Denis memperkenalkan lagi namanya.
“ Iya udah tau.” Penyakit phobia ku kambuh lagi dan sekarang aku menjadi si Putri Malu lagi.
“ Ohh, kamu.” Tanya denis lagi.
“ Aku Putri, tepatnya Putri Maharani.” Kataku memperkenalkan diri.
“ Namanya secantik orangnya.” Ujar Denis memuji.
“ Udah deh gak usah muji, aku tipe cewek yang gak suka di puji.” Inilah caraku untuk menyembunyikan rasa maluku yaitu dengan menjadi gadis cuek.
“ Cuek amat, ini tulus loh, coba kacamatamu di lepas pasti aura cantiknya lebih terpancar.” Kata Denis mulai merayuku.
“ Heemm dasar Pangeran agresif.” Kataku meledek.
“ Masa aku pangeran? Berarti aku cakep dong.” Jawab Denis balas menggodaku.
“ Dasar narsis, udah deh hari ini mata pelajarannya bahasa jerman buka halaman 20 terus baca ketentuannya.” Kataku mengingatkan dan menunjukan buku bahasa jermanku kepada Denis.
“ Oke makasih Putri.M alias Putri Malu haha.” Ujar Denis dan mulai menertawaiku yang sepertinya ia sudah bisa membaca tipe seperti apa diriku ini.
Akhirnya bel tanda pelajaran usai dan pertanda untuk pulang pun berbunyi, semua siswa-siswi pun berhamburan keluar hingga harus berdesakan melewati pintu keluar.
“ Yuk pulang sama-sama.” Pinta Denis dan mengulurkan tangannya.
“ Ihh siapa kamu, ngajak-ngajak saya pulang. Sorry yah saya sudah ada tumpangan buat pulang.” Jawabku sinis dan berlalu pergi dan menghampiri tempat duduk Rini.
“ Sorry yah Put, hari ini aku gak bisa ngantar kamu pulang, soalnya Mama nyuruh aku singgah ke pasar dulu.” Kata Rini dan segera pergi mendahuluiku.
“ Tuh kan, apa tadi ku bilang, ya udah ikut aku aja.” Kata Denis menawariku kembali untuk pulang bersama.
“ Gak usah, aku pulang naik angkot aja.” Jawabku dan berlalu pergi meninggalkan Denis yang hanya terdiam.
Tanpa di sangka-sangka hari ini semua angkot mogok beroprasi dan berdemo di depan kantor gubernur minta kenaikan biaya tarif penumpang.
“ Sial amat yah, Rini gak bisa ngantar pulang, angkot juga ikut-ikutan apa semua orang bersengkongkol yah supaya aku bisa pulang dengan Denis.” Gerutuku dan mengutuki diri sendiri.
“ Tuh kan apa aku bilang, emang hari ini kamu tuh di suruh pulang bareng aku.” Kata Denis yang berada tepat di belakangku yang mungkin sudah sejak tadi menunggu.
“ Dengan berat hati, oke lah tapi kita naik apa?.” Tanyaku penasaran.
“ Kita naik motor ninjaku aja.” Jawab Denis senang.
“ Ya ampun motor gede itu, males banget naiknya susah turunya susah apalagi duduknya susahh banget.” Kataku kesal.
“ Hehe, maaf belom sempat ganti motor biasa, tenang aja nanti aku yang ngajarin.” Jawab Denis tanpa beban. Setelah itu dengan susah payah aku naik ke motornya Denis, pertama aku mencoba dengan cara menaiki motor biasa ternyata susah banget, kedua aku mau naiknya pake cara lompat ternyata gak bisa juga dan untuk ketiga kalinya Denis menjelaskan bahwa untuk menaiki motor itu harus megang bahu Denis dulu kemudian injak tempat taruh kaki pake kaki kiri dan kemudian naik ke motornya.



“ Sialan ini pertama kalinya aku nabrak cowok, pertama kalinya juga ada cowok yang duduk di samping kursiku, pertama kalinya juga nerima ajakan cowok buat naik motor gede dan satu lagi ini yang paling aneh aku bisa nyentuh cowok selain keluargaku.” Gerutuku pada diri sendiri yang perlahan-lahan melakukan apa yang paling aku benci didunia ini. Denis yang mendengar hal itu tersenyum puas.
Akhirnya beberapa menit berlalu dan aku merasa lega bisa selamat selama di jalan raya bersama dengan “si Pangeran Agrasif” yang bikin aku tambah histeris motornya membuatku harus terus menjaga jarak dan bersusah payah agar tidak bersentuhan dengan Denis yang sengaja memacu motornya dengan kencang.
“ Makasih dah ngantar aku sampai rumah.” Kataku sesampainya di depan rumah dan berlalu pergi. Dan belum beberapa meter kakiku melangkah Denis berteriak lagi.
“ Besok aku jemput kamu yah kita berangkat sama-sama.” Kata Denis setengah berteriak.
“ Gak usah, pulang sana.” Jawabku ketus dan kali ini benar-benar meninggalkan Denis.
Jam dindingku sudah menunjukan pukul 06.30 wita, segera kubuka jendela kamarku, merapikan tempat tidurku, kemudian masuk ke kamar mandi dan bersiap pergi ke sekolah. Setelah aku berpamitan dengan mama papah, lalu menunggu ojek atau angkot yang lewat depan rumah.
Sepuluh menit berlalu tapi ojek atau angkot tidak ada yang lewat, tanpa ku duga Denis sudah mengamatiku dari tadi, aku ingat kemarin ia berjanji akan pergi ke ssekolah bersama-sama.
“ Tuh kan apa aku bilang, udahh naik motorku aja gratis kok ga bayar hehe.” Kata Denis dan menghampiriku.
“ Iya deh dengan berat hati hummmpptt.” Jawabku menyerah, di dalam hati aku mengutuki diriku sendiri sekarang aku harus berusaha naik ke motor Denis tanpa menyentuh bahunya dan hasilnya nihil.
“ Hahaha,,, udahh lah gak usah sok jual mahal, pegang aja bahuku gak keberatan kok.” Kata Denis lagi dan kali ini ia menertawaiku yang bersikap konyol didepannya.
“ Sial,,, mimpi apa yah aku semalam harus satu motor sama cowok narsis, agresif dan sok baik kayak kamu.” Gerutuku dan mengomel sepanjang jalan, Denis pun hanya tertawa mendengar gerutuanku dan omelanku itu, ia tampaknya puas melihatku tersiksa.

Seratus meter mendekati sekolah, aku menyuruh Denis menurunkanku agar teman-teman sekelasku tidak ada yang tahu bahwa Putri Malu bersama dengan Pangeran Agresif turun bersama ke sekolah, karna aku belum siap untuk menjadi selebritis dadakan di sekolah.

“ Loh kok turun disini sih?, kan sekolah kita masih jauh.” Tanya Denis yang merasa kebingungan dengan sikapku.
“ Emang kamu gak malu yah kalau anak satu sekolah tau kita turun bareng?.” Jawabku kesal karena Denis tidak merasa malu sama sekali.
“ Loh kenapa harus malu?, aku kan gak nyuri.” Jawab Denis polos yang juga belum mengerti dengan apa yang aku katakan.
“ Hmmm, kamu kan tau, kamu tuh selenya sekolah kita sekarang, dan aku juga gak mau jadi buah bibir para remaja putri di toilet wanita, dan satu lagi aku gak mau di buat pusing, hari ini aja kita bisa turun bareng, besok-besok aku gak bakal mau lagi.” Ujarku tegas menjelaskan apa yang ku maksud dan segera meninggalkan Denis yang masih mencerna kata-kataku.
Setelah masuk ke kelas, aku langsung pindah tempat duduk, sekarang aku duduk di samping Rini sahabatku, kebetulan Diana teman sebangku Rini gak masuk hari ini, jadi aku bisa bebas seharian duduk bersama Rini.
“ Rin, aku boleh yah duduk di sini satu hari aja, Diana kan gak masuk.” Pintaku sedikit memohon dengan wajah memelas.
“ Oke deh, tapi tumben banget biasanya kamu paling anti duduk di depan.” Jawab Rini yang merasa curiga dengan tingkah lakuku hari ini.
“ Gak papa kangen aja.” Kataku bohong.
“ Oke deh, tapi apa nanti kamu bisa baca tulisan di papan tulis?” Tanya Rini lagi.
“ Kan aku bisa baca tulisanmu.” Jawabku, penyakit rabun dekatku membuat aku tak bisa melihat tulisan papan tulis dari dekat.
“ Oh iya kok tumben aku nyium parfume dari badanmu, parfume cowok lagi.” Kata Rini dan mulai curiga dengan bau parfume yang melengket di bajuku.
“ Mampus nie anak idungnya kuat banget, nie pasti karna tadi Denis ngerem mendadak.” Kataku dalam hati yang mulai menyadari bau parfume siapa yang melekat di badanku yaitu bau parfume Denis.
“ Put, kok malah ngelamun, kayaknya aku kenal deh parfume siapa ini.” Kata Rini yang mulai mengingat dan mencari siapa yang mempunyai bau parfume yang sama dengan bau parfume yang melekat di badanku.
“ Oh itu, bau parfume tukang ojek.” Kataku sekenanya.
“ Hmm tukang ojek kok narsis yah, suka pake parfume mahalan.” Ujar Rini yang sudah tidak curiga lagi dengan bau parfume siapa yang melekat di badanku.
“ Iya emang narsis, udah gitu agresif lagi, padahal sudah ku tolak berkali-kali tapi dia gak peduli dan tetap nyuruh aku naik ke motornya dan gak perlu bayar.” Jelasku mendiskripsikan si tukang ojek.
“ Haha, lucu yah mungkin tukang ojeknya naksir kamu.” Kata Rini dan berhasil membungkam mulutku.
Akhirnya bel tanda masuk kelas berbunyi dan semua siswa-siswi masuk ke kelas masing-masing termaksud Denis, namun tatapan Denis ketika melihatku duduk di samping Rini seakan mengisyaratkan kekecewaan, namun aku tidak mau ambil peduli, cukup sampai di sini saja kedekatan kami tidak boleh lebih.
Selama pelajaran berlangsung, aku tidak bisa konsentrasi karna yang ada dipikiranku saat ini hanya ada Denis, berapa kalipun aku menepisnya tapi perasaan itu terus menghantuiku seakan tidak mau enyah dari pikiran dan hatiku.
“ Put, kamu ada masalah apa?, dari tadi aku perhatiin gelisah mulu.” Kata Rini dan membuyarkan lamunanku.
“ Nggakk papa, aku Cuma kepikiran sama si tukang ojek tadi pagi.” Jawabku singkat.
“ Duhh, tukang ojek kok dipikirin, kayak gak ada orang lain aja.” Ujar Rini yang terlihat kesal karna aku hanya memikirkan si tukang ojek yang tidak lain adalah “Pangeran Agresifku yaitu Denias Alvaro.”
Tidak terasa waktu berlalu kini Pak Sutisno ingin mengumumkan acara kemah temu alumni yang akan di adakan minggu depan di daerah pedesaan.
“ Anak-anak minggu depan akan diadakan acara kemah bersama temu alumni semua murid wajib hadir.” Kata Pak sutisno dalam pengumumannya.
“ Put ikut yukk.” Kata Rini mengajakku pergi bersama.
“ Duhh gimana yah?, takut gak di ijinin.” Jawabku.
“ Tenang aja nanti bareng aku aja ijinnya, pasti ortumu ngijinin.” Ujar Rini.
“ Oke ntar pulang sekolah singgah ke rumah ku dulu yah.” Pintaku.
“Sipp dah.” Jawab Rini, setelah itu kami pulang bersama menggunakan motor bebek Rini yang butut dan Rini singgah di rumahku untuk meminta ijin ke mama papah.
“ Om, saya boleh gak ngajak Putri, kemping ke taman kota, kita rame-rame ma anak sekelasan, gurunya juga ada kok om.” Pinta Rini ke Papahku.
“ Bisa aja kok, yang penting nak Rini, gak boleh pisah sama Putri.” Jawab Papahku yang dapat ku artikan bahwa ia mengijinkanku pergi bersama dengan Rini.
Semingu setelah kedatangan Rini, kini tibalah waktunya aku dan Rini pergi kemping ke taman kota, bersama Denis tentunya.
“ Wah, udaranya seger banget.” Kataku ketika turun dari bus.
“ Iyalah, inikan dirancang khusus buat acara kemping.” Jawab Rini yang berada di belakangku.
Sesaat kemudian kami mulai membuat tenda-tenda diatas lahan hijau yang luas, lengkap dengan perapian untuk masak, seelah itu kami mulai menjelajahi taman kota yang lumayan luas untuk seukuranku yang tidak pernah berolahraga ini.
“ Putri.” Terdengar suara laki-laki yang memanggilku dari arah belakang.
“ Iya.” Jawabku dan menoleh yang ternyata sumber suara tadi adalah suara Denis.
“ Mau kemana?, kok sendirian sih.” Tanya Denis yang penasaran karena melihatku berjalan sendirian.
“ Ngg,,, Cuma mau jalan-jalan aja.” Jawabku singkat yang tidak mau berlama-lama bersama Denis.
“ Aku temenin yah.” Kata Denis mengajukan dirinya.
“ Nggakk perlu, aku gak bakalan nyasar kok.” Jawabku dan langsung berjalan pergi, meninggalkan Denis yang masih ingin mengatakan sesuatu.

Sejam kemudian Rini terlihat kebingungan karena aku tidak di ketahui keberadaannya, kemah pun riuh, Rini menghampiri semua untuk menanyakan siapa yang terakhir melihatku sejam yang lalu, berita ini pun sampai ke telinga Denis, Denis pun panik, ia berlari tunggang-langgang ia kembali ke tempat di mana aku bertemu dengannya, di tempat lain aku hanya bisa berjalan mencari bantuan dan jalan keluar yang hampir tak ku temukan.

“ Putri,,, dimana kamu?” Terdengar dari kejauhan, teriakan seseorang yang selama ini selalu mengelilingiku dan tidak pernah meninggalkanku, perlahan-lahan aku bangkit dan menghampiri suara itu.
“ Aku di sini.” Teriaku.
Setelah beberapa menit saling sahut-menyahut akhirnya ku temukan siapa pemilik suara itu.
“ Denisss....” Kataku setelah mengenali siapa yang kini berada tepat di hadapanku.
“ KAMU TAU GAKK!!! SEMUA ORANG TUH PANIK,,,, BISA GAK KAMU GAK BUAT AKU KHAWATIR.” Bentak Denis ketika melihat kakiku yang bengkak karena terkilir.
Teriakan Denis barusan membuat air mataku tak tertahan antara takut dan kaget melihat sekelilingku yang nampak suram, Denis yang melihat air mataku jadi merasa bersalah dan ia pun meminta maaf.
“ Maaf, aku kelewatan yah, ini karna aku takut kamu kenapa-kenapa.” Kata Denis Menghampiriku  dan membelai halus rambutku yang berantakan, kemudian menghapus air mataku yang masih menggenang di pipiku.
Aku hanya terdiam melihat sikap Denis yang lembut. Dulu dipikiranku Denis adalah seorang pangeran agresif yang suka mencari kesempatan, tapi sekarang Denis yang di depanku ini sangat jauh berbeda penuh cinta dan kasih sayang.
“ Maaf aku terlambat.” Kata Denis lagi.
“ Nggakk papa,, kamu datang aja aku sudah bersyukur banget.” Jawabku lirih dan melepaskan tangan Denis yang masih memegang erat kedua pipiku yang basah.
“ Ayo kita pulang, udah sore takutnya ntar kemalaman.” Ujar Denis, saat matahari mulai kembali ke peraduannya.
Kemudian kami berjalan beriringan, Denis berjalan pelan mengiringi lankahku yang lamban, tak disangka kakiku terpeleset dan membuat Denis secara sigap memegang tanganku dan menahanku agar tidak terjatuh ke tanah.
“ Hati-hati, pegang tanganku supaya kamu gak kepeleset lagi” Kata Denis dan mengulurkan tangannya.
“ Ngggak usah aku bisa sendiri kok” Jawabku dan menepis tangan Denis.
“ Ngggak usah malu deh, sekarang bukan waktunya kamu untuk malu, aku niatnya baik kok, mau nolongin kamu.” Katanya lagi dan kini tanpa persetujuanku Denis menggandeng tanganku dengan erat walaupun aku meronta meminta di lepaskan tapi Denis semakin erat menggandeng tanganku, mau tidak mau aku hanya bisa pasrah dan balas menggenggam erat tangan Denis.
“ Gitu dong, itu baru Putri yang ku kenal.” Kata Denis tersenyum dan membantuku berjalan, tanpa di ketahui Denis, aku pun ikut tersenyum lega.
 Kemudian sejam pun berlalu tanpa terasa kami berdua telah sampai di kemah, Rini yang melihatku pertama kali langsung histeris dan memelukku, ia tidak sadar bahwa di sampingku ada Denis yang masih menggengam erat tanganku.
“ Kamu gak papa kan Put?” Tanya Rini ketika sesampainya aku di kemah.
“ Iya gak papa kok, udah mendingan, makasihh yah udah perhatian sama aku Rin.” Jawabku menjelaskan keadaanku yang sekarang.
“ Itu udah pasti, ortu mu kan nitipin kamu ke aku.” Ujar Rini menjelaskan.
“ Kok nitipin sihh, kayak anak Tk aja, hahaha.” Kamudian kami saling tersenyum, Denis hanya bisa melihatku dari kejauhan dan tersenyum manis, kemudian berlalu pergi.
Acara kemping di taman kota sukses, tanpa terasa dua hari dua malam telah kami lewati bersama dengan riang gembira, hubunganku dengan Denis pun berjalan lancar.
Kini tiba saatnya mata pelaran baru, biasanya akan ada murid baru di semester baru ini.
“ Rin, biasanya semester baru ya murid baru.” Ujarku kepada Rini yang melamun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar